Oleh : Sudiarto
Pandis, S.Pd
Assalaamualaikum
bapak Ibu sekalian. Saya berterimakasih kepada Omjay yang telah berbaik hati mengajak saya ambil
bagian dalam program pelatihan ini. Saya juga berterimakasih kepada bapak ibu
guru sekalian karena berkenan untuk menyimak topik yang akan saya bawakan.
Nama saya Dadang Kadarusman Ayah saya
seorang guru sekolah dasar. Ketika saya masih kecil, beliau sering membawakan
buku2 bacaan. Dari situ saya jadi suka membaca. Dan dari suka membaca itu kemudian
saya berkeinginan untuk menulis. Jadi sejak kecil saya sudah menulis. Sampai
hari ini, alhamdulillah Allah kasih saya kekuatan untuk terus menulis Dalam
forum ini mungkin saya hanya bisa membawakan materi sedikit saja karena adanya
keterbatan ilmu saya dan hal-hal lainnya. Namun semoga yang sedikit ini bisa
menjadi tambahan referensi bagi bapak ibu yang ingin meningkatkan kemampuan
menulisnya.
Bapak ibu
ijinkan saya untuk mengkombinasikan antara menulis dengan pesan suara ya
Berikut ini
narasi untuk ‘voice massage nomor 2’
“Mungkin bapak
Ibu bertanya, kenapa kita perlu menulis setiap hari? Seperti kata pepatah “Alah
Bisa, Karena Biasa.” Jadi, orang yang terbiasa melakukan sesuatu akan mahir
dalam melakukannya kan ya. Contoh, Ibu dan bapak guru kan suka menasihati anak
didiknya agar membiasakan diri untuk melakukan sesuatu. Tujuannya apa? Untuk
membuat anak didik itu mahir melakukannya. Demikian pula halnya dengan menulis.
Jika kita melakukannya setiap hari, maka kita akan menjadi mahir menulis.
Contoh lain.
Bapak Ibu ini kan jago banget kalau bicara didepan kelas. Banyak pula professor
di kampus yang hebat dalam memberi kuliah. Tapi, ketika diminta untuk membuat
sebuah karya tulis; jadi gelagapan. Padahal temanya adalah bidang yang
dikuasainya dan biasa diajarkan kepada anak didiknya. Kenapa nggak bisa?
Karena, para guru terbiasa bicara. SETIAP HARI BICARA. Namun, tidak terbiasa
MENULIS. Makanya, kita perlu SETIAP HARI MENULIS. Agar kelak kita jadi terampil
menuangkan gagasan bukan hanya melalui lisan saja. Melainkan juga dalam bentuk
tulisan.
Tema kita kali
ini adalah tentang MENULIS SETIAP HARI dan MENERBITKAN BUKU ya, Saya tanya,
cara apa yang tidak Anda ketahui itu?
Saya tidak tahu
apakah hal itu juga dihadapi oleh bapak ibu di forum ini, Ya cara menerbitkan
buku, jawabnya.
Apa itu yang
harus diperbaiki?
Pikiran dia
tentang "Cara Menerbitkan buku." Tapi dari dialog sederhana itu
kemudian saya melihat ada 1 aspek yang perlu diperbaiki pada orang yang ingin
mempunyai hasil karya berupa buku.
Perbedaan penerbil masa lalu dan masa
sekarang
Bapak Ibu
ketahuilah bahwa hari ini, menerbitkan buku itu sangat mudah sekali.
Beda dengan 20
tahun lalu ketika saya pertaman kali ingin menerbitkan buku. Ditolak penerbit
itu biasa sekali. Sekarang tantangan terbesar kita BUKAN pada menerbitkan
bukunya. Melainkan pada MENULIS SETIAP HARI.
Jika kita bisa
menulis setiap hari, maka kita akan sampai pada titik dimana kualitas tulisan
kita akan sangat menarik bagi penerbit. Kita, tidak perlu mendatangi penerbit
lagi mereka yang datang kepada kita. Buku-buku saya pada umumnya adalah hasil
dari penerbit datang dan menwarkan untuk menerbitkan naskahnya, Kan enak ya
kalau begitu nantinya tinggal bapak ibu aja mau enerbitkannya atau tidak.
pembahasan kita
kali ini akan saya fokuskan kepada cara menulis setiap harinya. Sebab saya
percaya bahwa, penerbit akan mendatangi Anda jika skill menulis Anda sudah
sesuai dengan yang mereka cari Jadi pelajaran pertama, jangan lagi berpikir
bahwa menerbitkan buku itu susah. Gampang banget. Lalu bagaimana seseorang bisa
menulis setiap hari?
Apa itu WHY
Sekarang, saya
akan membahas tetang 'WHY' -nya terlebih dahulu.
Yang kedua,
kenapa kita perlu menulis setiap hari. Karena menulis setiap hari itu membantu
menjaga keselarasan antara otot-otot tubuh kita, juga jiwa. Jadi, nanti kalau
kita sudah terbiasa menulis. Melihat apapun, selalu ingin menerjemahkan apa
yang kita lihat itu kedalam bentuk tulisan. dan itu terjadi secara refleks saja
begitu pula ketika kita merasakan sesuatu. Orang yang tidak terbiasa menulis,
bisa saja memendam perasaan itu. atau butuh seseorang yang mau mendengarnya padahal,
belum tentu ada yang mau dengan kan? Tapi
jika dia terbiasa menulis, maka dia selalu punya teman untuk mencurahkan
perasaannya. yaitu, selembar kertas dengan pena kalau dulu kalau sekarang, tinggal ambil smart phone
maka kita bisa mencurahkannya disana Yang
ketiga. menulis setiap hari itu merupakan healing
remedy. Jadi, jika terbiasa menulis, kita bisa menjadi pribadi yang lebih sehat kesimpulannya, kenapa perlu menulis setiap
hari adalah; Karena seorang penerbit buku sejati, bukanlah orang yang meminta
bantuan orang lain untuk menuliskan naskah bukunya. Melainkan orang yang
memiliki kemampuan untuk menuliskan sendiri naskahnya secara mandiri bagimana
kemampuan itu diasah? Dengan cara berkomitmen untuk tidak melewatkan 1 hari pun
dalam hidup kita TANPA MENULIS. Jika Anda sungguh-sungguh ingin menjadi penulis
handal; mulai sekarang, berkomitmenlah untuk menulis setiap hari Kalau saya pribadi, 1 hari 1 artikel Nah kalau
ukurannya jumlah artikel, berarti tidak ditentukan jumlah katanya
Jadi, yang
penting dalam 1 hari itu ada karya tulis ibu bapak yang "KALAU"
dibaca orang lain, mereka akan memahaminya jaman dulu kalau kita mau mengirim
artikel ke koran, itu ada ketentuan jumlah kata Maka bagi saya, ukurannya
adalah "1 Artikel" Artikel itu apa? Sebuah paparan yang memuat buah
pikiran penulis sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Begitu ukurannya
Tantangan bagi penulis pemula
Hal itu membuat
penulis pemula kesulitan kenapa ? Karena bukan hal yang mudah untuk menuanggkan
gagasan secara indah dengan jumlah kata yang ditentukan. Oya, kenapa saya pakai
kata KALAU?Karen , belum tentu ada orang yang membaca artikel itu Duh, sedih
banget ya. sudah cape-cape nulis tapi kok nggak ada yang baca Nah, ini penting
bapak ibu. Ditahap belajar ini, sebaiknya kita tidak terlalu baper soal ada
yang baca apa nggak kenapa? Karena kalau
orang lain baca pun belum tentu feedbacknya positif, tidak sedikit orang yang
berhenti menulis karena pembacanya memberi feedback negatif, yang penting menulis
saja dulu. membiasakan diri dalam
menulis itu Sekarang kita bahas WHATnya
WHAT makes you write something? Apa sih yang menjadi mendorong
Anda untuk menulis? Pertanyaan ini
sederhana. Tapi orang yang tidak menemukan jawaban yang tepat, akan berhenti
ditengah jalan
menulis BUKAN untuk uang
Bapak ibu boleh
nggak menjadikan uang sebagai pendorong utama dalam menulis. boleh saja. tidak
masalah. Tapi nanti seiring berjalannya waktu kita akan menemukan apa dorongan
yang paling cocok buat kita Kalau tulisannya sudah memenuhi standar minimal
untuk dibaca orang, YAKIN DEH bakal dibaca Jadi mari kita tanyakan kepada diri
sendiri dulu apa yang mendorong kita menulis. dengan kata lain, apa sih tujuan
kita menulis?
Contoh. Ada
orang yang menulis agar mendapatkan uang?
Ada. Dulu, saya
pernah berada di level itu. Saya menulis untuk mendapatkan uang, karena saya
butuh untuk biasa sekolah.
Apakah saya
berhasil? Lebih banyak gagalnya daripada berhasilnya. lebih banyak naskah yang
dikembalikan redaksi daripada diterbitkan Saat itulah kemudian saya sadar
bahwa, menulis karena ingin mendapatkan uang; bukanlah nilai pribadi saya.
Menulis ingin berbagi pengetahuan
Kedua, menulis
dengan dorongan INGIN BERBAGI PENGETAHUAN. Nah, yang ini menurut hemat saya;
paling sesuai dengan jiwa pendidik seperti kita.
Bapak ibu boleh
nggak menjadikan uang sebagai pendorong utama dalam menulis. boleh saja. tidak
masalah. Tapi nanti seiring berjalannya waktu kita akan menemukan apa dorongan
yang paling cocok , buat kita dulu ketika saya menulis karena uang, kadang saya
kecewa karena penerbit menolak. Seperti diremehkan oleh mereka deh rasanya Kita juga bisa kecewa jika bayarannya ternyata
tidak seperti yang kita harapkan.
Pertanyaan
1. Berapa lama
pengalaman bapak mengasah menulis hingga akhirnya dipercaya oleh penerbit
seperti sekarang ini?
2. Sebagai
permulaan, Seperti apa strategi dan Tips memilih penerbit yang sesuai dengan
buku yang akan kita terbitkan?
Jawaban : Baik Bu Dwi. Saya mulai menulis sejak SD,
aktif sekali SMP sampai ikut lomba-lomba. Berarti sudah sekitar 40 tahun
menulis.
1. Kapan mulai
dipercaya oleh penerbit? Sekitar 10 tahun lalu. Jadi butuh 30 tahun perjalanan
terlebih dahulu. Tapi, ada tapinya. Kondisi saya dulu beda dengan sekarang.
Dulu, penerbit hanya sedikit. Dan mereka punya bargaining power yang sangat
tinggi. Maka mereka sulit ditembus. Sekarang, ada Sangat banyak penerbit.
bahkan menerbitkan sendiri pun bisa. Sehingga Bu Dwi tidak butuh waktu selama
saya untuk diercaya penerbit.
2. Kalau kita
masih pemula, sebaiknya tidak usah menerapkan terlalu banyak kriteria penerbit.
Karena kita yang masih pemula butuh mereka kan ya. Strateginya paling gampang
adalah; Ibu terus ikut kursus menulis seperti ini, lalu bikin naskah sambil
konsultasi terus dengan penyelangara. Omjay, misalnya. Saya yakin beliau bisa
menghubungkan kita dengan penerbit. Jadi ininya seperti saya jelaskan diawal;
Fokus dulu kepada proses mengasah skill menulisnya saja. Lalu biarkan hasil
karyawa ibu berseliweran diruang publik. Nanti, bakal seperti bakal jadi
seperti lampu yang menarik perhatian para laron.
Pertanyaaan
: Saya Syukri dari padang mau tanya sama bang deka, yang pertama,nulis
setiap hari kalau dipaksakan mungkin bisa ya bang. Tapi tentang Themanya apakah
harus terstruktur atau bagaimana bang. Yang kedua berapa banyak kah kita harus
nulis per hatinya? . Yang ketiga untuk masa berapa lama tulisan trsebut kita
kumpulkan?. Makasih atas jawabannya bang deka.🙏
Jawaban : Baik Pak Syukri. Betul pak,
kalau dipaksa bisa. Tapi, 'paksaan' adalah sebuah proses yang efektif untuk
mendisiplinan seorang pembelajar yang belum memiliki 'refleks menulis' sendiri.
Saya misalnya, sudah mulai menulis sejak SD. Tapi menulis setiap harinya barus
setelah bekerja dibisa HR. Bahkan bagi yang sudah biasa menulispun butuh
dipaksa.
1) Mengenai
Thema, dalam tahap belajar; TIDAK USAH KHAWATIR SOAL TEMA dan sistematika
penulisan. Pokoknya nulis saja. Tidak usah takut salah. toh ini bukan UN kan?
Kalau saya bicara dengan penulis yang sudah pro, saya menuntut mereka hasil
karya yang pro. Tapi, bagi pembelajar, yang terpenting adalah; kemauan untuk
terus praktek menulis. Lalu, bersedia mendengar masukan dari orang lain untuk
perbaikannya
2. berapa banyak
perhari? Targetkan 1 karya tulis. Sepanjang apa? Berapa kata? Bebas. yang
penting, karya tulis itu bisa menampung buah pikiran sehingga pembaca mengerti.
Contoh,. jika kita ingin menulis dengan tema "PANTANG MENYERAH"
misalnya. Tulisan bapak tidak usah 1000 kata. Cukup 2 atau 3 paragraf saja.
Lalu, minta orang lain baca. Jika mereka bisa menerima atau mengerti ide yang
ingin bapak sampaikan, berarti tulisan itu sudah menjadi 1 artikel. Nanti,
panjang dan bobot tulisannya pelan-pelan ditingkatkan
3. Tidak ada
standar berapa lama masa pengumpulan. kecuali jika bapak punya kontrak dengan
penerbit. Misalnya disepakati dalam 2 bulan naskah harus selesai. Kalau bapak
menulis untuk tujuan lain, maka waktunya bisa beda lagi
Pertanyaan
: Nama saya Heni Ekawati, S.Pd, M. Pd, Asal sy dr Aceh,,sy betugas di SLB.
B YPAC BANDA ACEH Saya ingin bertanya
pak,,dari mana awalnya sy bercerita yang saya ingin menuliskan tentang kisah
Anak Istimewa yaitu Dunia Tanpa Suara....
Dari kalimat "DUNIA TANPA SUARA"
saja sudah mengundang pertanyaan orang.
"Apaan sih
maksudnya?"
Saya contohkan
ya. Saya akan memulai sebuah tulisan dengan tema itu. nanti bisa ibu lihat
bagaimana mengawali tulisannya
Parafraf 1: Hey
kamu. Pernahkah kamu membayangkan bagimana seandainya tidak seorang pun
bersuara didunia ini. Tentu akan sepi sekali harimu kan? Tapi. bisakah kamu
membayangkan seandainya hal itu benar-benar terjadi? Sekarang. Coba pejamkan
matamu. Lalu bayangkan. Andai saja tak segencring suara pun tertangkap
pendengaranmu.
Tengkyu Om ...
Jawanban :
Sekarang,
bisakan Ibu Heni lajutkan?
Silakan bu Heni
lanjutkan dengan tulisan sendiri. Dan saya akan melanjutkan dengan tulisan saya
Eh, tapi.
menurut kamu. Apakah mungkin telingamu benar-benar tidak bisa mendengat bahkan sekedar
bunyi 'ting' pun? Nggak ya. Nggak mungkin kamu nggak dengar bunyi anakku. Tahu
kenapa? Karena ketahuilah sayang, bahwa Allah sayang banget sama kamu. Sehingga
engkau bisa mendengar berbagai macam suara.
Paragraf 2 tuch.
Bu Heni
lanjutkan punyamu ya.
paragraf
terakhir saya begini: Nak. Kamu sudah bersyukurkah dengan karunia indah itu?
Karena ada loh, di desa sebelah. Seorang gadis yang tidak seberuntung kamu,
sayang. Tapi sejak lahir sampai usianya yang menginjak 15 itu, tidak pernah
mendengar apapun ditelinganya selain hening semata. Hebbbatnya..., gadis itu
tidak pernah mengeluh nak. Tidak pernah pula sekalipun dia bersedih.
Pokoknyaaa... a-... aaapa ya. Ehm, ibu...ibu kehabisan kata-kata untuk
menjelaskan kemulian dirinya dibalik heningnya dunianya. Jika kamu tidak
keberatan, sayang. Bolehkan Ibu mencari tahu lebih banyak tentangnya dan
menceritakan kisah indah tentang gadis itu kepada hari Jumat nanti?
Sudah sampai
pesannya nggak dengan 3 paragraf itu?
Minimal ada 1
gagasan yang sudah sampai kepada pembaca. Dan diujung ceritanya, ada 'komitmen'
untuk melanjutkan.
Kesimpulan:
orang bilang memulai itu sulit sekali. kalau saya bilang: MULAI SAJA SARI
SEBUAH KATA yang terlintas dalam pikiran Ibu. Insya Allah. nanti akan mengalir
dengan sendirinya. Dan kalau saya, biasanya sebelum menulis bilang begini: Ya
Allah, apa yang saya harus tuliskan hari ini? Bimbing saya ya Allah ya.
Pertanyaan : Assalamualaikum Pak
Dadang.saya baru tahu adanya Gosh writter itu.tapi saya ingin menerbitkan buku
itu klo hasil dari tulisan saya sendiri. yang menjadi hambatan saya selalu ga
pede ketika ingin mulai menulis, seakan ide itu hilang.bagaimana caranya supaya
tetap semangat untuk bisa menulis dan supaya ide itu ga hilang. Eti Haryati
dari Bogor
Jawaban
: Ijinkan saya menambahkan bahwa menggunakan jasa "GHOSTWRITER"
itu bukan hal yang buruk ya. Tapi itu cocoknya hanya untuk mereka yang hanya
ingin menerbitkan buku. kalau kita kan ingin menjadi penulis terampil, maka itu
bukan opsi yang tepat buat kita
Pertanyaan
: Mengenai tidak pede. Itulah sebabnya tadi saya sampaikan bahwa dalam
proses latihan menulis, kita tidak perlu terikat dengan target berapa jumlah
kata. kan di sekolah dulu ada pelajaran mengarang ya. bu gurunya bilang panjang
tulisan minimal 1500 kata. Widiiih, bagi pemula mah pusing banget. Jadi nyantai
aja
Jawaban : Dan tadi kita bahas juga
tentang, tidak usah baperan dengan
respon orang terhadap kualitas tulisan kita. Kita cuek maksudnya? Bukan. Tapi,
kita harus menerima diri sendiri sebagai orang yang baru belajar. Jadi, kalau
pun tulisan kita 'tidak laku' ya nggak apa-apa. Kan baru belajar. Latih terus
aja. Bikin tulisan terus. Kalau belum berani menunjukkan tulisan itu pada orang
lain, biarin aja jadi koleksi pribadi kita. Sambil terus memperbaiki tekniknya.
Nanti kalau sudah ada tulisan yang 'layak' dicobain ke orang lain, tunjukkan
saja. kalau bisa, pilih orang yang tidak akan bersikap negatif.
Jawaban : Maaf Om DK, dalam menulis
sebuah buku apakah kita menentukan judul baru menulis artikel2 yg berkaitan dgn
judul atau kita menulis artikel2 dulu baru diberi judul utk menjadi sebuah
buku? Agus Purwadi, Ponjong
Jawaban : Dulu buku saya yang judulnya
"OUTSHINE" diberi judul duluan. Naskahnya ditulis belakangan.
Sedangkan buku "KETIKA SEMUT DAN GAJAH BEKERJA" ditulis naskahnya
duluan. Jadi, tidak ada keharusan menulis judul dulu atau naskah duluan.
Kesimpulan:
Menulis itu buat
diri kita sendiri. Bukan buat orang lain. Jadi, berikanlah yang terbaik kepada
tulisan kita sendiri. Sehingga mendapat yang terbaik dari kita berikan. Sedangkan
para pembaca, adalah pihak yang ikut menikmati manfaatnya. Dengan begitu, maka
lewat tulisan kita; kita menjadi pribadi yang lebih baik terlebih dahulu.
Sambil mengajak orang lain untuk menemani perjalanan menuju perbaikan diri itu.
teruslah menulis. Karena dengan menulis, engkau melayani diri sendiri dan
memberi manfaat kepada orang lain.
Banyak orang
tidak pede saat mau menuangkan gagasan lewat tulisan. Saya bilang, hey boleh
jadi seseorang sedang menanti buah pikiran mu untuk dibacanya dengan penuh kekaguman.
Menulislah tanpa
ada beban, semakin banyak kita membaca semakin banyak kosakata yang terlintas
dalam pikirin kita untuk menjadi pemberi yang tak perna berharap untuk dibaca
namun dengan menuliskan telah menjadi penamda sejarah perjalan yang tidak hanya
lewat sebuah certa tanpa teks yang akan hilang ditelan masa. Untuk itu tuliskan
sejarah itu agar mereka mengingat mu serta mengetahui apa yang telah terjadi pada
dimasa itu (zaman).
Sudiarto Pandis,
S.Pd
SDN Inpres
Dodung Banggai Laut Sulawesi Tengah